Selasa, 25 September 2018

Mercedes Akan Sebar Stasiun Pengisian Daya Mobil Listrik di Lokasi-lokasi Elite


Seperti diberitakan sebelumnya, fasilitas pengisian daya pertama bagi mobil-mobil Mercedes-Benz di negeri ini berlokasi di Plaza Indonesia dan sudah resmi dioperasikan pada Senin (24/9/2018). EQ Power sendiri merupakan merek bagi mobil hybrid serta mobil listrik Mercedes.
“Saat ini, Mercedes-Benz tengah mempersiapkan diri untuk memulai penjualan kendaraan bermodel EQ Power di 2019. Sebelum penjualan dimulai, kami akan memastikan bahwa EQ telah dikenal dengan baik oleh calon pelanggan dan jaringan dealer di Indonesia,” tandas Hari Arifianto, Deputy Director, Marketing Communication PT. Mercedes-Benz Distribution Indonesia (MBDI).

Dennis A. Kadaruskan, Department Manager Public Relations MBDI, ketika dihubungi Mobil123.com menjelaskan bahwa pihaknya akan terus mengembangkan jaringan EQ Power Charging di tempat-tempat strategis dengan potensi sangat besar bagi merek ini. lokasi-lokasi elite menjadi incaran utama.

“Kami akan fokus ke tempat-tempat yang cukup strategis seperti mal seperti Plaza Indonesia kemarin. Ke depannya, kami melihat potensi untuk tempat-tempat serupa, bahkan di gedung-gedung perkantoran maupun di area-area perumahan,” papar Dennis via sambungan telepon pada Selasa (25/9/2018).
Sayangnya, tidak ada target jumlah EQ Power Charging yang disebutkan oleh Mercedes-Benz. Dennis menerangkan bahwa mereka tidak pernah membuka target terkait bisnis dan operasi di Indonesia.
Sebagai informasi, EQ Power Charging perdana di Plaza Indonesia terletak di lantai P2 serta memiliki empat ruang parkir yang cukup lega. Di samping itu, ada pula, dua pengisi daya Wallbox 3.7 kW dengan koneksi Type 2.
Fasilitas tersebut dapat mengisi dengan relatif cepat. Pabrikan yang menjadi seteru berat BMW ini mencontohkan bahwa sebuah E 350 e plug-in hybrid dapat dicas dari status baterai 20 persen menjadi 100 persen dalam waktu 1 jam 50 menit. [Xan/Ari]

sumber : mobil123.com

Senin, 17 September 2018

Harga Porsche Hybrid di Indonesia Buat Pembeli Mundur


ika berbicara soal mobil sport bertenaga listrik, mau tak mau saat ini nama Porsche harus disebut. Pasalnya, mereka termasuk satu dari sedikit pabrikan mobil sport terdepan jika berbicara elektrifikasi kendaraan.

Sejauh ini, mereka sudah punya dua model hybrid, Cayenne E-Hybrid dan Panamera E-Hybrid. Mobil listrik murni beperforma tinggi E-Mission bakal meluncur tahun depan.

“Sudah pasti masa depan Porsche akan lebih fokus ke mobil-mobil listrik beperforma tinggi,” kata Marketing and Public Relations Manager Porsche Indonesia Andrew Worth ketika diwawancarai pascapeluncuran 718 Cayman GTS belum lama ini di Jakarta.
ayenne maupun Panamera E-Hybrid sendiri belum diluncurkan secara resmi di Tanah Air karena harganya yang akan melangit gara-gara pajak tinggi bagi mobil premium plus mobil hybrid. Meski begitu, Porsche Indonesia mengaku siap jika ada konsumen yang kepingin memesannya.
“Kami bisa mengisi kuota sesuai permintaan pasar. Kalau misalnya ada orang yang enggak peduli soal uang, kalau misalnya dia benar-benar mau dan siap bayar Panamera S E-Hybrid yang mungkin harganya sangat di atas. Tentu saja. Itu ada prosesnya, tapi
kami siap. Mungkin perlu waktu, tapi kami siap.
Menurut Andrew, sudah banyak kaum berduit Indonesia menanyakan Cayenne E-Hybrid atau Panamera E-Hybrid. Sayang, bahkan mereka yang kaya raya saja tidak melanjutkan pertanyaan dengan pembelian gara-gara harga.
“Sebelumnya ada yang mau pesan Cayenne E-Hybrid. Tapi, karena pajaknya kemahalan, dia ganti Cayenne biasa. Situasi seperti itu bisa terjadi. Kejadian Cayenne E-Hybrid sendiri terjadi belum lama. Masih tahun ini. Dia ganti pikirannya lumayan cepat,” ungkap Andrew.

Porsche Menunggu Regulasi
Pemerintah sendiri sekarang sedang menyusun insentif pajak bagi mobil-mobil berbahan bakar alternatif di dalam regulasi low carbon emission vehicle (LCEV). Peraturan tersebut ditargetkan terbit tahun ini.
Porsche Indonesia berharap nantinya peraturan itu memberi juga jalan bagi mobil-mobil hybrid yang diimpor utuh untuk mendapatkan insentif pajak sehingga harga dapat turun. Pasalnya, pemerintah sejauh ini merencanakan insentif hanya diberikan bagi mereka yang berkomitmen melakukan perakitan lokal dalam 3 – 5 tahun setelah mobil dijual.
Kami sudah siap bawa mobilnya. Kami Cuma tinggal tunggu permintaan pasar. Untuk itu tentu kami juga perlu bantuan dari pemerintah untuk berkembangnya pasar kami dan semoga pemerintah ada fokus juga untuk mobil impor,” tandas Andrew. [Xan/Ari]
sumber : mobil123.com

Selasa, 11 September 2018

Siapkan Hypercar Bertenaga Listrik



Beberapa waktu lalu, pabrikan Audi memperkenalkan mobil konsep buatannya yang memiliki tenaga 764 Tk di Pebble Beach. Namun, tak selang beberapa bulan kemudian rumor hypercar listrik dari Audi pun tersebar.
Bukan tanpa alasan mengingat berdasarkan atas laporan yang dikutip dari Motor1, kabar terkait dengan peluncuran supercar Audi itu akan bertenaga 1.000 Tk. Dimana, mobil yang mengusung nama 4WD R8 E-Tron dilaporkan akan mampu berakselerasi 0-100 km/jam hanya dalam waktu 2 detik.
Apabila memang R8 memang benar akan menggunakan listrik tentu saja sudah bisa dipastikan bahwa nantinya R8 tak akan lagi memiliki kaitan dengan Lamborghini Huracan. Yang mana nantinya platform yang digunakan akan tetap sama. Akan tetapi, hanya saja, untuk sektor mesin akan ditingkatkan menggunakan tipe V10 5.2L naturally aspirated dengan motor listrik.
Tak sampai di situ saja, bahkan dikabarkan pula jika Audi juga memiliki agenda untuk E-Tron. Bukan sekedar alibi semata mengingat SUV buatannya itu akan meluncur akhir bulan Sepember 2018 ini dan diikuti oleh E-Tron Sportback tahun 2019.
Sedangkan di sisi lain, untuk segmen Audi Sport sedang merampungkan E-Tron GT yang mana segera diluncurkan pada awal dekade mendatang. Sebagai catatan terakhir, R8 saat ini akan mendapatkan penyegaran yang kemungkinan melahirkan varian V6 dan RS GT barunya.
Terlepas dari soal mobil hypercar, Audi sendiri kabarnya juga sebelumnya pernah menggarap motor gagah dengan berbekal mesin Audi 50, 4-silinder 1.093 cc. Namun, hanya saja motor tersebut tak lagi diproduksi. Dimana, saat ini sportbike tersebut berada di museum kendaraan di Ingolstadt, Jerman.
sumber : semisena.com

Kamis, 06 September 2018

KPK Minta Merek Kendaraan Listrik Nasional, GAIKINDO tak Masalah

JAKARTA— Para produsen mobil di Indonesia sudah mulai mengenalkan mobil bertenaga listriknya agar masyarakat lebih melek akan mobil ramah lingkungan itu. Tapi belum ada merek Indonesia di deretan mobil listrik itu. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan rekomendasi sesuai mandat pasal 6 huruf e jo pasal 14 UU Nomor 30 tahun2002 terkait pelaksanaan tugas monitoring penyelenggaraan negara.
Dalam surat rekomendasi tersebut, KPK meminta Indonesia bisa memproduksi mobil listriknya sendiri. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) pun menyambut baik hal tersebut. “Waduh, yang pertama saya belum baca suratnya. Yang kedua merek itu nggak terlalu penting lah apakah nasional atau asing, saya nggak tahu tujuannya apa,” ungkap Ketua I Gaikindo Jongkie D Sugiarto seperti dikutip detikOto, Selasa 15 Mei2018.
“Apakah nanti ada buntutnya merek Indonesia atau sepenuhnya harus buatan Indonesia itu saya belum tahu. Misalnya seperti mobil LCGC Astra Ayla, ya kami oke-oke aja tergantung prinsipal,” katanya.
Menurut Jongkie, jika nanti rekomendasi tersebut harus dilaksanakan, maka pihaknya bakalan melakukan tindakan persuasif kepada para pabrikan mobil merek asing itu. “Nanti bisa diyakinkan mereka mungkin mereka nggak keberatan, misalnya BMW, Mercy itu kan sudah ngenalin hybrid, nah kendaraan listrik yang dimaksud KPK ini belum jelas apa itu hybrid atau full listrik,” katanya.
Dalam surat yang diteken oleh Ketua KPK Agus Rahardjo tersebut KPK memberikan beberapa rekomendasi:
  1. Indonesia harus mempunyai kendaraan bermotor listrik bermerek nasional sebagai wujud kemandirian bangsa dan tidak mengulang kegagalan sebelumnya dalam pengembangan industri di sektor otomotif. Upaya tersebut idealnya diwujudkan melalui sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi dan industri nasional (Konsep Triple helix).
  2. Untuk keperluan tersebut, Peraturan Presiden tentang Percepatan Kendaraan Listrik Nasionalperlu segera disahkan, dengan terlebih dulu memastikan adanya penyempurnaan skema isentif, baik fiskal dan nonfiskal, yang mampu mendorong iklim yang kondusif bagi tumbuhnya industri dan daya saing nasional, diantaranya:
  3. Dukungan pendanaan riset, pengembangan dan inovasi yang memadai;
  4. Penyesuaian skema pajak dan tarif bea masuk yang selaras dengan kebutuhan dan tahapan industri perintis (pioneer industry) nasional.
  5. Penyederhanaan regulasi dan kebijakan dalam rangka mewujudkan sinergi antar BUMN, terutama di sektor energi dan manufaktur serta Perguruan Tinggi dalam mewujudkan ekosistem kendaraan bermotor listrik nasional yang berdaya saing global.
  6. Dukungan pemasaran produk melalui pengadaan barang pemerintah (goverment procurement) melalui skema e-catalogue.
  7. Memperhatikan perkembangan yang ada, disarankan agar seluruh kebijakan kementerian dan lembaga terkait dikoordinasikan dalam pola yang lebih strategis dan sinergis, serta menghindari adanya konflik kepentingan, baik dalam perumusan dan perencanaannya sehingga mampu mendukung terwujudnya kendaraan bermotor listrik nasional yang mencerminkan kemandirian bangsa.

sumber : gaikindo.or.id